Guru Era Digital

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebutan ini sudah tidak asing bagi seluruh bangsa Indonesia.  Peranan guru sudah mulai diperhitungkan sejak zaman penjajahan Belanda. Hal ini  karena para guru mau mengajar, bahkan sampai ke pedalaman tanpa mengutamakan uang, melainkan demi memajukan pendidikan bangsa dan mencerdaskan anak-anak bangsa. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa guru adalah sosok yang berjibaku dalam mendidik anak-anak bangsa. Mereka tidak pernah lelah memberikan ilmu kepada anak didiknya. Mereka telaten dan sabar dalam mendidik dan mengajar anak didiknya. Seorang guru bukan hanya sebatas memberikan pelajaran ilmu, melainkan membimbing serta memberikan perhatian dan kasih sayang kepada murid-muridnya. 

Salah satu contoh keteladanan guru tanpa tanda jasa di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau benar-benar memiliki panggilan hidup seorang guru dengan rela meninggalkan zona nyaman di lingkugan keraton Yogyakarta. Di tangan beliau, Pendidikan di Indonesia mulai ditata hingga akhirnya bisa berdampak mencerdaskan bangsa Indonesia. Itulah sebabnya beliau mendapat gelar Bapak Pendidikan Indonesia. Filosofi Pendidikan yang dicetuskannya masih relevan hingga sekarang. Ing ngrasa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Dahulu kehidupan seorang guru hanya mendapat status sosial sebagai figur yang dihormati  masyarakat walaupun perihal gaji dan penghidupan sangat memprihatinkan. Kini seiring berjalannya waktu, harkat dan martabat guru mulai terangkat berkat perhatian pemerintah terhadap guru. Guru sudah mulai dihargai bahkan pekerjaan sebagai guru sudah ditetapkan sebagai profesi dengan standar nasional. Kini guru mulai menikmati hidup sejahtera dan mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Sudah beberapa tahun lalu pemerintah turut memperbaiki kesejahteraan guru dengan memberikan tunjangan sertifikasi. Hal ini tentu saja dengan catatan guru sudah dinyatakan lulus dengan menempuh pendidikan profesi guru. Jika guru sudah mendapat sertifikat profesi (sertifikasi) maka guru berhak mendapatkan tunjangan sertifikasi dari pemerintah.

Dengan diberikannya tunjangan sertifikasi dari pemerintah, guru bisa menikmati kehidupan lebih baik lagi. Adanya tunjangan sertifikasi ini disamping untuk memperbaiki kesejahteraan guru, pemerintah berharap guru lebih fokus dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik dan mengajar. Guru tidak perlu lagi pusing mencari tambahan penghasilan yang diduga membuat kualitas pembelajaran menjadi tidak maksimal. Pada sisi yang lain, pemberian sertifikasi juga dimanfaatkan pemerintah untuk memperbaiki kompetensi guru supaya memiliki standar yang sama. Hal ini mempunyai tujuan akhir pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia supaya tidak terjadi ketimpangan kualitas pendidikan.

Tugas guru dalam mendidik dan mengajar tidak bisa disebut mudah. Guru berinteraksi langsung dengan anak-anak bangsa yang memiliki perbedaan karakter dari masa ke masa. Hal ini belum lagi pergantian kurikulum yang terjadi beberapa kali di Indonesia, yang membuat guru harus bisa mempelajari dan mempraktekkanya dalam pembelajaran. Sebagai guru memang harus fleksibel dan mau berubah dari masa ke masa menyesuaikan setiap perkembangan yang ada termasuk perkembangan generasi anak-anak bangsa. Generasi yang terus lahir dan berkembang di dunia ini dipetakan menjadi beberapa nama. Mengacu kepada periode tahun kelahiran, sebagian besar masyarakat yang hidup di dunia ini terbagi dalam lima generasi, yaitu: Generasi baby boomer yang lahir antara tahun 1946-1964, Generasi X yang lahir antara tahun 1965-1976, Generasi milenial atau generasi Y yang lahir antara tahun 1977-1995, Generasi Z yang lahir antara tahun 1996-2010, Generasi alpha yang lahir antara tahun 2010 hingga batas tahun yang belum ditentukan. Semua generasi ini pasti tumbuh dalam dididikan dan pengajaran guru.

Sebagian besar guru di Indonesia yang aktif mengajar sekarang ini termasuk generasi milenial yang lahir antara tahun 1977 hingga tahun 1995. Oleh karena termasuk dalam generasi milenial, maka guru-guru yang sebagian besar aktif mengajar saat ini kita sebut guru milenial. Dalam perkembangan sekarang ini seeorang guru milenial harus mampu mengelaborasi ilmu pengetahuan, keterampilan hidup dan penguasaan teknologi informasi. Hal ini harus dilakukan sebagai guru milenial karena guru milenial menerima fase perubahan teknologi di sekitar masyarakat dan harus bisa menggunakan serta memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran maupun pendidikan. Perubahan teknologi informasi ini tidak bisa dihindari dan harus direspon dengan positif. Jika guru milenial tidak bisa menerima perkembangan teknologi maka akan disebut gaptek (gagap teknologi). Akibatnya guru milenial tidak bisa mengembangkan pembelajarannya menjadi variatif dan menarik.

Sekarang ini orang-orang sudah meyebut jaman  teknologi digital. Ditandai dengan adanya revolusi industry 4.0 dimana teknologi yang berkembang di masyarakat sudah mulai menggunakan teknologi dengan kecerdasan buatan. Tak ayal lagi sebagai guru milenial harus bisa menerima teknologi digital dengan berbagai variannya dan menggunakanya dalam pembelajaran. Dan ketika guru milenial sudah bisa menggunakan teknologi digital, bukan tidak mungkin pembelajaran semakin menarik dan efektif. Antusiasme dan semangat belajar akan terbangun karena belajar tidak harus dengan membaca dari berbagai buku diktat saja melainkan bisa dengan melihat video, melakukan simulasi dengan laboratorium maya di internet dan berbagai sumber belajar lainnya. Itulah sebabnya guru milenial harus melek teknologi digital karena sekarang ini berbagai sumber belajar itu sudah sangat dekat dengan kalangan siswa-siswi bahkan digenggaman tangan mereka. Permasalahan yang harus dijawab guru milenial adalah bagaimana guru-guru milenial melecutkan semangat dan antusiasme belajar siswa-siswi ini.

Berbicara perkembangan teknologi digital dalam pembelajaran tidak serta merta hanya dibebankan kepada guru milenial. Selain guru milenial yang wajib menguasai teknologi digital, sekolah juga harus menyediakan fasilitas yang sesuai kebutuhan siswa-siswi dalam belajar seperti teknologi yang mumpuni. Setelah berbagai fasilitas yang sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman ini tersedia, diharapkan siswa-siswi menggunakan dan memanfaatkan fasilitas dengan baik. Di sini peran seorang guru milenial mengajarkan dan mendidik siswa siswi supaya dapat menggunakan fasilitas dengan baik dan benar. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Guru milenial perlu memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi agar tidak ketinggalan zaman mengingat kondisi teknologi yang selalu berkembang.

Kondisi sekarang ini, menjadi seorang guru milenial secara tidak langsung menuntut guru harus memiliki smartphone maupun laptop. Tidak berhenti hanya di situ, guru milenial juga harus memiliki akun media sosial seperti (Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram, Telegram, Line, Pinterest, dll). Dan tak kalah pentingnya guru milenial harus  memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi yang baik. Semua hal tersebut harus dimiliki dengan tujuan untuk mempermudah dan menunjang pekerjaan guru. Disamping tentunya jaringan internet yang mumpuni untuk beraktivitas di dunia maya.

Peranan smartphone dan laptop sekarang ini menjadi sangat penting bagi guru milenial. Sebagai contoh sederhana guru milenial memiliki smartphone tujuannya mempermudah komunikasi antara orang tua, siswa dan guru. Demikian pula dengan memiliki laptop juga dapat menunjang, mempermudah dan dapat mempercepat pekerjaan guru. Hal ini menuntut guru milenial harus mampu mengoperasikan laptop dengan baik dan benar.

Tak bisa diabaikan pula media sosial harus dimiliki guru milenial supaya tidak ketinggalan informasi yang terkini, dan untuk memperbanyak relasi. Selain itu guru juga harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi informasi yang baik. Sekali lagi guru milenial tidak boleh gagap teknologi (gaptek) karena hal itu dapat menghambat kegiatan belajar mengajar di kelas. Belakangan ini mayoritas sekolah sudah memakai perangkat proyektor untuk membantu guru dalam mengajar. Bahkan beberapa sekolah telah melengkapi kelas-kelas mereka dengan smart TV atau flipboard. Hal tersebut digunakan selain mempermudah guru dalam mengajar, proyektor juga dapat membuat tampilan pembelajaran jadi lebih menarik, dan tidak monoton. Sehingga siswa akan termotivasi belajar yang lebih baik dan akhirnya dapat membantu siswa mencapai hasil belajar yang baik. Jika guru milenial tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi di era digital ini, maka guru milenial akan semakin tertinggal. Jadi seorang guru milenial harus belajar dan terus belajar untuk menguasai teknologi informasi demi tercapainya tujuan pendidikan yang seutuhnya. Mau tidak mau atau suka tidak suka pendidikan yang memnggunakan teknologi informasi di era  digital ini harus kita laksanakan dan tidak akan bisa kita hindari. Karena dewasa ini siswa kita sudah mulai pandai dan pawai dalam menggunakan teknologi terutama dalam menggunakan smartphone.

Generasi milenial dan generasi sesudahnya (generasi z) merupakan generasi yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi mutakhir. Tidak hanya informasi Pendidikan saja yang diakses melainkan berbagai informasi gaya hidup keseharian juga. Dalam kehidupan sosial di era digital ini mempunyai sisi baik dan sisi buruk yang berdampak terhadap anak-anak bangsa. Sisi baiknya adalah era ini informasi cepat di dapat, rasa empati ke orang lain yang mengalami musibah semakin tinggi. Namun sebaliknya juga ada sisi negatifnya yaitu manusia mayoritas menjadi egosentris, kurangnya komunikasi verbal langsung, mudah merebaknya berita-berita palsu (hoax) Hal ini yang harus di antisipasi oleh seorang guru milenial.

Guru merupakan garda terdepan dalam memerangi sisi negative teknologi digital sekaligus benteng bagi generasi bangsa supaya tidak larut dalam sisi negative teknologi digital. Bahkan lebih dari itu, guru bisa memberi pemahaman dan mengarahkan generasi bangsa untuk dapat memanfaatkan teknologi digital secara benar demi kemajuan bangsa. Guru tidak perlu antipasti dengan teknologi digital, justru menjadikan sebuah tantangan supaya bisa menggunakan telnologi digital secara optimal untuk kepentingan pembelajar. Teknologi digital akan terus ada dan berkembang, segingga sudah sepatutnya guru milenial selalu melek teknologi digital.

Data Penulis :

Nama               : Agus Prasetyo, S.Si.

Pekerjaan         : Guru Fisika

Sekolah           : SMA Wiya Wacana Surakarta